Waktu Tidak Menyembuhkan Semua, Tapi Membentuk Kita Jadi Siapa
“Waktu akan menyembuhkan segalanya,” katanya. Tapi tidak semua rasa hilang.
Tidak semua kenangan pudar. Dan ternyata, itu tidak apa-apa.
Ada masa-masa di mana aku duduk sendiri, diam dalam sepi yang tidak bisa dijelaskan. Aku tidak sedang marah, tidak juga menangis. Tapi hatiku terasa seperti sedang memeluk sesuatu yang tidak bisa kuletakkan.
Orang-orang bilang, waktu akan menyembuhkan. Tapi seiring berjalannya hari, aku mulai menyadari satu hal: waktu tidak benar-benar menyembuhkan segalanya. Ia tidak menghapus jejak, tidak menambal setiap luka, tidak selalu membawa kelegaan.
Yang waktu lakukan adalah memberi ruang. Ruang untuk kita memahami. Ruang untuk merasakan. Ruang untuk belajar berdiri lagi, dengan luka yang mungkin masih terasa—tapi tidak lagi mengendalikan segalanya.
Waktu Adalah Musim, Bukan Obat
Waktu bukanlah penyembuh ajaib. Ia seperti musim. Ada masa gugur, masa kering, masa hujan, masa mekar. Kita tidak bisa memaksa tumbuhan berbunga di tengah musim dingin, bukan?
Sama halnya dengan diri kita.
Ada luka yang hanya bisa dipahami setelah melewati banyak pagi, banyak malam, dan banyak sunyi. Kadang kita merasa baik-baik saja, tapi tiba-tiba kenangan datang menyelinap dan membuat hati nyeri lagi. Dan itu wajar.
Luka Tidak Selalu Pergi, Tapi Kita Bertumbuh
Aku mulai melihat diriku yang sekarang. Yang mungkin tidak seceria dulu, tapi lebih bijak memilih siapa yang pantas dijaga. Yang tidak lagi terlalu bergantung, tapi tahu kapan harus membuka diri.
Aku belajar, luka-luka itu tidak lenyap begitu saja. Tapi ia mengajarkanku banyak hal:
-
Tentang batas
-
Tentang kesabaran
-
Tentang keikhlasan yang tidak instan
Dari sakit hati, aku belajar cara mencintai diri. Dari kehilangan, aku belajar menghargai hadirnya seseorang. Dari patah, aku belajar bahwa aku tidak mudah hancur.
Aku, yang Masih Bertumbuh
Aku pernah ingin melupakan segalanya. Tapi hari ini, aku justru bersyukur pernah merasakan semuanya. Karena tanpa rasa sakit itu, mungkin aku tidak akan bisa mencintai sedalam ini.
Mungkin aku tidak akan bisa mendengarkan teman yang sedang patah dengan tulus, jika aku tak pernah merasa retak.
Dan mungkin… aku tidak akan pernah mengenal diriku sedalam ini, kalau hidup hanya tentang hal-hal yang mudah.
Menerima, Bukan Melupakan
Waktu tidak menyembuhkan semua. Tapi waktu memberi kita kesempatan untuk berubah. Untuk menjadi seseorang yang berbeda.
Mungkin masih ada luka yang mengendap. Tapi kita sudah tidak sama lagi. Kita telah tumbuh, sedikit demi sedikit.
Dan itu... cukup. 🌷
"Kita tak harus sembuh sempurna untuk tetap melangkah.
Kadang, bertumbuh dengan luka yang dipeluk juga sebuah kemenangan."
